ANALISIS
PENGARUH KEBAKARAN DAN PEMAHAMAM TENTANG PEMADAMAN KEBAKARAN
“Artikel Populer”
Oleh :
Fatrianur Ardianto
NIM. 2014.201.00047
“REGULER A”
SISTEM INFORMASI
STMIK SPB
AIRLANGGA SAMARINDA
TAHUN 2015
Kebakaran adalah
suatu peristiwa yang terjadi akibat
tidak terkendalinya sumber energi. Siklus ini
berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang
dimulai dari pra kejadian, kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang
mengiringinya. Kejadian tersebut akan tercipta apabila kondisi dan
beberapa syarat pencetusnya terpenuhi, utamanya pada saat pra kejadian.
Ada poin-poin yang
menjadi persyaratan dasar yang apabila gagal dilakukan pengendalian akan memicu
peristiwanya, kemudian akan memasuki tahapan tidak terkendali dan sukar
dipadamkan. Syarat kondisi tersebut di antaranya adalah terdapat bahan yang dapat terbakar, misalnya minyak,
gas bumi, kertas, kayu bahkan rumput kering dan sebagainya. Bilamana bahan yang
dapat terbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan bertemu pencetusnya
maka seketika akan segera menimbulkan
api. Sedangkan pencetus itu sendiri penyebabnya cukup banyak di antaranya
energi petir, api terbuka, listrik bahkan hanya sekedar percikan bunga api.
Kebakaran merupakan
kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan kecelakaan yang berakibat
fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik
kerugian materil maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian nyawa,
harta, dan terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika
tidak ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi penghuninya. Jika
terjadi kebakaran orang-orang akan sibuk sendiri, mereka lebih mengutamakan
menyelamatkan barang-barang pribadi daripada menghentikan sumber bahaya
terjadinya kebakaran, hal ini sangat disayangkan karena dengan keadaan yang
seperti ini maka terjadinya kebakaran akan bertambah besar. Dengan adanya
perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin pesat, resiko terjadinya
kebakaran semakin meningkat. Penduduk semakin padat, pembangunan gedung-gedung
perkantoran, kawasan perumahan, industry yang semakin berkembang sehingga
menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi kebakaran membutuhkan penanganan
secara khusus.
Proses kebakaran
atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api yang
meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak akan
muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara
yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
B.
Tugas Pokok Seksi Bidang Pemadam Kebakaran
-
Kepala Bidang Pemadaman Kebakaran
Tugas Pokok : Melaksanakan sebagian tugas
Kepala Dinas Kebersihan dan Kebakaran dilingkup Pemadaman Kebakaran .
Fungsi :
1.
Penyusunan rencana program dan kegiatan dilingkup Pemadaman Kebakaran;
2.
Penyusunan petunjuk teknis
dilingkup Pemadaman Kebakaran;
3.
Pelaksanaan Pemadaman Kebakaran
Dilingkup Pemadaman dan Penanggulangan Kebakaran, Pelatihan dan Pencegahan
Kebakaran;
4.
Pemberdayaan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia dilingkup Pemadaman Kebakaran;
5.
Pelaksanaan monitoring, evaluasi
dan pelaporan dilingkup Pemadaman
Kebakaran; dan
6.
Pelaksanaan tugas-tugas lainnya
yang diberikan Kepala Dinas serta memberikan saran dan pertimbangan dilingkup
Pemadaman Kebakaran.
-
Kepala Seksi Seksi Pemadaman dan Penanggulangan Kebakaran
Tugas Pokok :
Melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pemadaman Kebakaran dilingkup Pemadaman dan Penanggulangan
Kebakaran.
Fungsi :
1.
Pengumpulan data dilingkup Pemadaman dan Penanggulangan Kebakaran;
2.
Pelaksanaan Pemadaman dan Penanggulangan Kebakaran yang meliputi
penyiapan perumusan kebijakan dan fasilitasi pelaksanaan kegiatan pemadaman dan
penanggulangan kebakaran, pengadaan sumber-sumber air dan bahan-bahan lain
dalam rangka Pemadaman dan Penaggulangan Kebakaran; dan
3.
Pelaporan pelaksanaan kegiatan dilingkup Pemadaman dan Penanggulangan
Kebakaran.
-
Kepala Seksi Pelatihan dan Pencegahan Kebakaran
Tugas Pokok :
Melaksanakan sebagian tugas Kepala Bidang Pemadaman Kebakaran dilingkup Pelatihan dan Pencegahan Kebakaran
Fungsi :
1.
Pengumpulan data dilingkup
Pelatihan dan Pencegahan Kebakaran;
2.
Pelaksanaan Pelatihan dan
Pencegahan Kebakaran yang meliputi penyuluhan, pelatihan pemadam kebakaran,
perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, penyusunan dan pemeriksanaan kesiapan /
kesiagaan sarana, mobil kebakaran, dan peralatan pemadaman dan penyelamatan
serta bencana lain; dan
3.
Pelaporan pelaksanaan kegiatan
dilingkup Pelatihan dan Pencegahan Kebakaran;
C.
Jenis bahan bakar
Bahan bakar umumnya
dubagi atas 3 jenis antara lain jenis bahan bakar padat,bahan bakar gas , dan
cair :
1.
Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa
berupa abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara,
plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.
2.
Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah,
pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.
3.
Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida,
butan, dan lain-lainnya
D.
Terjadinya sumber nyala
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya sumber
nyala, antaa lain :
-
Sumber nyala terjadi karena proses
/ peristiwa Alam
-
Sumber nyala terjadi karena proses
/ peristiwa Kimia
-
Sumber nyala terjadi karena proses
/ peristiwa Listrik
-
Sumber nyala terjadi karena proses
/ peristiwa Mekanik
-
Sumber nyala terjadi karena proses
/ peristiwa Nuklir
Sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :
-
Sumber api terbuka yaitu
penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti : masak, las, dll.
-
Listrik Dinamis yaitu panas yang
berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti : setrika, atau
karena adanya korsleting.
-
Listrik Statis yaitu panas yang
ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif seperti : peti.
-
Mekanis yaitu panas yang
ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti : gerinda, memaku, dll.
-
Kimia yaitu panas yang timbul
akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air.
E.
Klasifikasi Kebakaran/Pengelompokkan Kebakaran
Klasifikasi/pengelompokkan kebakaran menurut
peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal
2, ayat 1 adalah sebagai berikut :
Kebakaran
Kelas A
Adalah kebakaran
yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran kayu,
kertas, kain, plastik, dsb.
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan
kebakaran kelas
ini adalah dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .
Kebakaran
Kelas B
Kebakaran bahan
bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin),
LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada
kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam
bentuk spray/kabut yang halus.
Kebakaran
Kelas C
Kebakaran instalasi
listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya
yang menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah :
Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang
menggunakan media air.
Kebakaran
Kelas D
Kebakaran pada
benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium, dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir
halus dan kering, dry powder khusus.
Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang
jarang ditemui adalah kelas D, biasanya untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya
dapat digunakan dalam satu tabung / alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.
F.
Faktor penyebab terjadinya
kebakaran
Secara umum,
kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor
teknis.
-
Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan
oleh faktor manusia timbul karena kurang pedulinya manusia tersebut terhadap
bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:
1.
Merokok di sembarang tempat,
seperti ditempat yang sudah ada tanda “Dilarang Merokok”.
2.
Menggunakan instalasi listrik yang
berbahaya, misal sambungan tidak benar, mengganti sekering dengan kawat.
3.
Melakukan pekerjaan yang berisiko
menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan pengamanan yang memadai, misalnya mengelas
bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar
4.
Pekerjaan yang mengandung sumber
gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan keselamatan, misalnya memasak
menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain.
-
Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang memicu
terjadinya kebakaran, misalnya:
1.
Tidak pernah mengecek kondisi
instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas yang berpotensi
terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
2.
Menggunakan peralatan masak yang
tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor, pemasangan regulator yang
tidak benar, dan lain-lain
3.
Menempatkan bahan yang mudah
terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak tanah atau gas elpiji didekat
kompor
4.
Menumpuk kain-kain bekas yang
mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara. Bila kondisi panas, kondisi
seperti ini bisa memicu timbulnya api.
G.
Proses Terjadinya Kebakaran
Terjadinya
kebakaran adalah merupakan suatu proses yang berkelanjutan dimana proses
tersebut juga merupakan peristiwa reaksi kimia, dengan unsur-unsur yang terlibat
didalamnya antara lain :
1.
Adanya bahan bakar atau benda -
benda yg dapat terbakar
2.
Adanya gas oksigen /O2 yang jumlah
prosentasinya cukup memadai untuk proses
3.
Adanya sumber nyala yang dapat
menimbulkan kebakaran
H.
Penanggulangan Kebakaran
Telah diketahui
bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam - macam akibat ,
antara lain korban jiwa dan harta benda. Tentunya kejadian tersebut tidak kita
inginkan, oleh karena itu dipikirkan
tindakan dalam penanggulanganya. Pada umumnya penanggulangan bahaya
kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :
1.
Mencegah Terjadinya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan-tindakan
dilakukan guna mencegah terjadinya kebakaran .tindakan tindakan-tindakan
tersebut harus dilakukan oleh setiap orang untuk itu diharapkan pengertian dan
kesadaran agar dapat melaksanakan apa yang menjadi tujuan, maka perlu adanya
pengarahan dan bimbingan mengenai pencegahan bahaya kebakaran kepada semua
orang ,khususnya yang berada dilingkungan kerja.
2.
Perlindungan Bahaya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan yang dilakukan guna
melindungi dari bahaya kebakaran sehingga tidak turut terbakar dalam batas
waktu tertentu atau mencegah meluasnaya kebakaran ketempat lain sebelum
pnanggulangan lebih lanjut
3.
Pemadam Kebakaran
Ialah merupakan salah satu tindakan dalam
penanggulangan kebakaran bersifat represif.
I.
Cara Untuk Memadamkan Kebakaran
Agar bisa memadamkan
secara cepat, perlu difahami segitiga api seperti yang telah diuraikan diatas
yaitu menghilangkan salah satu unsur dari segitiga api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat
pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya tradisional masih bisa dipakai seperti
karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi kentongan dll. Sedang untuk
alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil
pemadam kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat
pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara lain karbon
dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk kering. Dari beberapa macam
alat pemadam api tersebut masing‐masing mempunyai kegunaan dan aturan tersendiri.
J.
Media Pemadaman Api
Media pemadam api
menurut fasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
-
Jenis padat : misalnya
pasir,tanah,selimut api, tepung kimia (dry chemical)
-
Jenis cair : misalnya air, busa
-
Jenis gas : misalnya gas asam
arang (CO2), Halon 1102
Beberapa jenis
media pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut :
Metode Pemadaman
Api
a.
Pasir
Pasir
efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau
ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan pasir ini berfungsi untuk membatasi menjalarnya
kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi permukaan
bahan yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi,
sehingga nyala padam.
b.
Tepung Kimia
Menurut
kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai berikut :
·
Tepung kimia reguler (untuk
kebakaran kelas B dan C).
·
Tepung kimia serbaguna
(multipurpose), untuk kebakaran kelas ABC. Misalnya : Monoamonium Phosphate
(MAP).
·
Tepung khusus untuk kebakaran
logam (kelas D), misalnya : Met-L-X, TEC, Lith X Powder dll.
c.
Air
Air
cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran air
yang paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan
sebagai berikut :
·
Mudah didapat dalam jumlah yang
banyak.
·
Murah
·
Mudah disimpan, diangkut dan
dialirkan
·
Dapat dipancarkan dalam berbagai
bentuk
·
Mempunyai daya 'menyerap panas'
yang besar, yang menjadi ciri utama dari media pemadam air.
·
Mempunyai daya mengembang uap yang
tinggi.
Kelemahan air sebagai media pemadam, antara lain :
·
Menghantar listrik sehingga tidak
cocok untuk kelas C.
·
Berbahaya bagi bahan-bahan kimia
yang larut dalam air atau yang eksotherm (menghasilkan panas).
·
Dapat terjadi 'slop over' bila
digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung
d.
Busa (Foam)
Busa
adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas
permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik
busa tersebut maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B,
terutama pada permukaan yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media
pemadam lain untuk menjangkau tipe kebakaran tersebut.
e.
Tabung APAR (Alat Pemadaman Api Ringan)
Digunakan
terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C. Umumnya APAR tipe ini
mempunyai corong/nozzle penyemprot yang lebar.
Sifat-sifatnya
antara lain :
·
Bersih tidak meninggalkan bekas.
·
Non Toxide ( tidak beracun ).
·
Bukan penghantar listrik.
·
Tidak merusak peralatan (
elektronik / mesin )
·
Cara pemadaman dengan mendinginkan
dan menyelimuti obyek yang terbakar.
·
Tepat untuk area generator dan
instalasi listrik.
·
Tekanan kerja sangat besar.
Cara-cara
pemakaiannya :
1.
Turunkan tabung CO2 dari
tempatnya.
2.
Lepaskan horn dari tempat
jepitannya.
3.
Putuskan lead seal (pen pengaman).
4.
Pegang horn dengan tangan kiri dan
arahkan keatas.
5.
Tekan katup dengan tangan kanan
(tujuannya untuk mencoba alat ditempat sebelum
menuju kearah api).
6.
Bila keadaan baik bawa ketempat
kebakaran.
7.
Semprotkan dengan mengarahkan horn
kearah api dari arah datangnya angin dan usahakan agar menutup keseluruhan
daerah permukaan api.
Agar bisa bekerja
cepat dalam keadaan darurat perlu diperhitungkan persyaratan dan cara
pemasangan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang antara lain :
1.
Tempat mudah dilihat dan
dijangkau, tidak boleh digembok atau diikat mati.
2.
Jarak jangkauan maksimum 15 m.
3.
Tinggi pemasangan maksimum 125 cm.
4.
Jenis media dan ukuran sesuai
dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.
5.
Diperiksa secara berkala.
6.
Bisa diisi ulang (Refill).
7.
Kekuatan konstruksi terstandar.
K.
Suka Duka Seorang Pemadam Kebakaran
Sebagai seorang Pemadam Kebakaran
tentu mempunyai pengalaman baik suka maupun duka.
Berikut ini Suka dari seorang
Pemadam Kebakaran :
-
Jika kita
berhasil memadamkan api di salah satu TKP Kebakaran, tentunya hati seorang
Pemadam Kebakaran sangat senang sekali dan merasakan kebanggaan yang luar biasa.
-
Jika kita
sukses dalam memadamkan Api di TKP, terkadang seorang Pemadam Kebakaran juga
mendapatkan Penghargaan dari Masyarakat sekitar. Contohnya : Mendapatkan
Makanan atau Minuman.
-
Seorang
Pemadam Kebakaran juga sangat senang karena bertemu dengan rekan rekan kerja
Pemadam Kebakaran.
Berikut Duka dari seorang Pemadam Kebakaran :
-
Ketika dijalan
sering mendapatkan hambatan, mulai dari Kemacetan di perjalanan hingga di TKP. Itu
merupakan Hambatan bagi Pemadam Kebakaran karena dengan hal seperti itu,
Pemadam Kebakaran akan terlambat sampai di TKP.
-
Ketika sudah
sampai di TKP, bukan nya banyak yang menolong melainkan banyak yang menonton. Sehingga
Pemadam Kebakaran sangat sulit untuk melakukan Pemadaman Api.
-
Jika
Pemadam Kebakaran telat sampai di TKP, Masyarakat menyalahkan Seorang Pemadam
Kebakaran padahal masyarakat tidak mengetahui Hambatan-hambatan selama menuju
ke TKP.
No comments:
Post a Comment